
Tadinya mau pakai kata ‘akhirnya’ untuk mengawali tulisan ini, tapi rasanya hampir semua postingan di sini awalannya begitu, hahaha. Ya, mau bagaimana lagi kalau yang punya blog adalah procrastinator handal, punya idenya sudah sebulan, nulisnya dua bulan kemudian. Apalagi setelah punya bayi yang beranjak toddler, tidurnya semakin sedikit, tiap si kecil tidur rasanya semua hal mau dikerjakan, terbengkalailah blog.
Sebenarnya juga, sudah lama mau berbagi soal menyusui, tapi eh kok ini sudah menyapih aja sekarang, wkwkwk. Dulu maju-mundur sampai hanya tersimpan di draft, khawatir kalau tulisan soal menyusi ada tendensi memojokkan para pejuang sufor heheu. Tapi kali ini, daku bagikan aja ya sedikit kisah menyusui, sebelum nanti cerita penyapihannya Nada.
Jauh sebelum hamil, saya sudah lama tertarik dengan ilmu parenting. Banyak baca dan nonton semua yang berbau parenting. Saking fokusnya sama parenting, saya gak begitu banyak menggali soal ASI, jangan ditiru ya! Alhasil waktu hamil, saya gak menargetkan apapun seputar ASI. Positifnya, saya gak stress karena kepikiran soal gimana kalau ASI gak keluar nanti, gimana kalau bayinya gak bisa nyusu. Saya udah pede banget deh sama seabrek pengetahuan parenting yang pernah saya dapat. Negatifnya? Barangkali kalau saya lahirannya di rumah sakit di mana oknum-oknum tenaga medisnya kerjasama dengan produsen sufor tertentu (seperti banyak cerita beredar), maka Nada bakal gak dapat manfaat ASI sama sekali.
Lahiran pun tiba, lebih cepat dua minggu dari tanggal perkiraan. Nah, saya sempat baca, kalau umumnya di bulan-bulan terakhir kehamilan, ASI sudah keluar. Waktu itu saya tetap gak khawatir tuh walaupun gak ada tanda-tanda ASI keluar (ternyata ini gak salah, kok, baca terus sampai akhir buat tahu alasannya ya!). Tepat setelah lahir, bidan dan perawat membantu proses IMD. Karena emang gak pernah latihan menyusui, saya santai aja Nada nyusu sampai tau-tau ada darah di mulutnya gara-gara puting lecet 😐.
Urusan puting lecet ini agak panjang akibatnya. Tiap mau menyusui, rasanya was-was karena rasanya pedih banget euy. Udah coba terus biar perlekatannya benar, tapi gak bisa-bisa huhu. Mana bidan sama perawat bolak-balik terus-terusan untuk nyuruh menyusui. Rasanya agak kesal, kenapa deh hampir tiap jam datang disuruh menyusui, yang ternyata justru semua itu yang dibutuhkan Ibu biar bisa berhasil ngasih ASI eksklusif. Selain bolak-balik nyuruh menyusui, bidan dan perawat juga membantu saya pumping tiap selesai menyusui. Walau pedih, keramahan bidan dan perawat yang rasanya kayak keluarga sendiri bikin saya gak bisa lupa dan terus bersyukur sampai sekarang.
Sambil pumping, ada satu bidan, namanya Naomi, bicara ke saya yang waktu itu mengeluh karena hasil tiap pumping gak sampai 10ml. Beliau bilang gak apa, nanti di hari ketiga ASI kamu akan tiba-tiba sangat banyak bahkan sampai bengkak, sambil tersenyum. Pokoknya tiap bidan dan perawat selalu ngajak ngobrol seolah mereka bisa benar-benar relate sama perasaan dan kondisi kita. Oh iya, di rumah sakit itu pula lah saya dan ayahnya Nada diajarkan cara memberikan ASIP BUKAN DENGAN DOT, maaf dikapitalin biar kebaca ya heheu. Jadi, kami belajar menggunakan spuit, ituloh alat suntik tapi tanpa jarum. Jadi, kalau pakai DOT, itu berpotensi besar menyebabkan bingung puting. Kalau udah bingung puting, bayi gak akan mau nyusu langsung ke Ibunya. Kemudian? Ibunya jadi stres, produksi ASI menurun karena gak ada demand. Lama-lama, akhirnya benar-benar bisa gagal ASI eksklusif kalau gak cepat cari pertolongan ahli laktasi.
Di rumah sakit ada kelas menyusui, gratis. Saya dan ayahnya Nada ikut kelas itu, belajar perlekatan yang benar. Setelah menginap semalam, saya pun pulang ke rumah. Alat pumping dipinjamkan selama dua minggu. Saya pun mengikuti semua saran bidan dan nurse, tetap pumping dan menyusui secara rutin, walau pedih huhu. Nada juga tidur sendiri, tanpa boleh ada bantal atau boneka apapun di dalam baby cotnya. Oh iya, ini penting sekali ternyata, karena banyak kasus bayi tertimpa boneka atau aksesoris (bantal, guling, dll) di cot nya dan kesulitan bernafas. Bahkan, selimut pun sisi-sisinya harus diselipkan ke bawah matrass , biar gak bergeser dan menutup wajah bayi. Oke, lanjut.
Hari ketiga pun tiba, dan wow, benar yang dibilang Naomi, ASI tiba-tiba keluar sangat banyak. Saya yang belum menyiapkan nursing pad, kebingungan waktu lagi ke supermarket tiba-tiba baju saya basah dan bikin kedinginan parah, lagi winter euy. Alhamdulillah banget, walau perlekatan Nada belum juga sempurna. Kewalahan sama ASI yang terus-terusan tumpah, saya beberapa kali pumping yang mana malah bikin produksi ASI makin banyak. Gabungan antara puting lecet dan pembengkakan ini bikin saya sampai demam. Mana winter, dingin gak nanggung-nanggung, hari jadi singkat dan mendung terus, sepi kalau suami ngampus, hampir banget lah kena baby blues. Untung ada kunjungan bidan tiga hari pasca melahirkan, selama tiga hari berturut-turut. Saya diajak ngobrol, boleh curhat, dan gak disalahkan sama sekali, huaaa. Saya malah dikasih nipple shield gratis yang selanjutnya saya pakai sampai sebulan. Oh iya, teman-teman Indonesia yang berkunjung juga baik-baik dan sangat pengertian. Bukannya saya sajikan makanan, malah dibawakan makanan, huhu terharu kalau ingat. Ada yang datang pakai masker karena takut nularin apa-apa ke bayi, ada yang datang dan bilang ke suami supaya harus selalu sabar kalau tiba-tiba istri marah-marah, karena ngurus bayi itu benar-benar luar biasa menguras pikiran.
Balik lagi ke cerita menyusui, paling penting dari semuanya adalah dukungan suami. Walau kuliah dan tugas menumpuk, ayahnya Nada tetap bergantian bangun dengan saya kalau Nada nangis. Ayahnya telaten sekali meminumkan ASIP menggunakan spuit. Bahkan seminggu pertama, saya belum bisa memandikan Nada, karena yang belajar memandikan waktu di rumah sakit, ya ayahnya 😂. Jadi, tiap ada break kuliah, ayahnya pulang memandikan, hahaha. Kebaikan-kebaikan yang hangus dalam ingatan kalau ayahnya lagi menyebalkan, wkwkwkwk. Pekerjaan mengeringkan pakaian, masak, ngevacuum karpet semuanya dikerjakan ayah, saya? Tiduuuur hahahaha.
Poin penting dari cerita yang saya bagikan ini adalah, menyusui memang bukan proses yang mudah. Sebagaimana siapnya pun, bisa aja ada hal yang terjadi saat proses awal menyusui, yang kemudian jadi ujian buat kita. Saya mau bilang ke semua calon ibu, percaya kalau kita bisa lalui ujian itu. Semua kesulitan itu, akan bikin kita dapat berkah berlapis-lapis dari Allah. Juga buat semua suami, banyakin baca seputar hamil, lahiran, dan menyusui, baca dan tanyakan pada sumber yang kredibel. Untuk urusan ini, jangan percaya sama katanya orang, sedekat dan seberjasa apapun orang itu untuk kita. Dukung istri sepenuhnya, kasih waktu untuk tidur, ambil alih sementara semua pekerjaan domestik. Kalau ada tanda-tanda baby blues pada istri, jangan dibilang kesurupan atau cari perhatian, segera bantu dan hubungi call centre untuk bantuan kesehatan mental.
Meski menyusui banyak sekali manfaatnya, saya tidak menampik kalau setiap Ibu punya kisah dan perjuangannya sendiri. Ada saja faktor yang sama sekali tidak bisa disiasati sehingga akhirnya harus berjuang dengan sufor. Sufor pun sebenarnya lebih sulit dan melelahkan, karena harus bolak-balik mensterilkan botol susu, belum lagi kalau ada reaksi alergi pada bayi. Tapi, jangan sampai gagalnya ASI eksklusif disebabkan keras kepala dan malasnya kita sebagai orang tua untuk belajar dan berproses, melalui rasa sakit. Kemudian berlindung dibalik kata ‘semua orang juga mau jadi orang tua terbaik’, lalu marah-marah saat diberi nasihat oleh ahli medis. Padahal, saat kita jadi orang tua, sudah saatnya kita mengesampingkan diri, berjuang sebaik mungkin untuk memberikan yang terbaik untuk anak, terus belajar dan mau menerima nasihat.
Sekian cerita saya soal menyusui, semoga bisa jadi bentuk dukungan untuk Ibu yang tengah berjuang memberikan ASI, jadi pengingat juga untuk ayah agar selalu mendukung istri. Selanjutnya, saya akan berbagi tentang penyapihan Nada, nantikan yaaa!
Catatan: Tidak ada istilah ASI kurang, bayi kerap menangis di hari pertama sampai ketiga BUKAN karena kelaparan kurang ASI. Karena selama tiga hari pertama, sisa makanan dari saat bayi di dalam rahim masih mencukupi kebutuhannya. ASI akan diproduksi mengikuti demand, jadi kalau seperti saya, teruslah menyusui, bantu dengan pumping untuk mempercepat derasnya ASI. Tetap berfikir positif, cari apa saja yang bisa membuat happy semisal nonton film di laptop. Konsultasi ke ahli laktasi apabila khawatir seputar ASI, jangan pernah dengar katanya yang gak jelas sumbernya ilmiah atau tidak.
Leave a Reply